Wednesday 20 January 2010

Lucu Ya... (by : Tegar Andra Wijaya)

Lucu ya, uang Rp 20,000an kelihatan begitu besar bila
dibawa ke kotak amal mesjid, tapi begitu kecil bila kita
bawa ke supermarket.

Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk berzikir,
tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan
sepakbola.

Lucu ya, betapa lamanya 2 jam berada di Masjid, tapi
betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran
film di bioskop.

Lucu ya, susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat
berdoa atau sholat, tapi betapa mudahnya cari bahan
obrolan bila ketemu teman.

Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu dipertandingan
bola favorit kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat
Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.

Lucu ya, susah banget baca Al-Quran 1 lembar saja, tapi novel best-seller
1000 halaman pun habis dilalap.

Lucu ya, orang-orang pada berebut paling depan untuk
nonton bola atau konser tapi berebut cari shaf paling
belakang bila Jumatan agar bisa cepat keluar.

Lucu ya, kita perlu undangan pengajian 3-4 minggu
sebelumnya agar bisa disiapkan di agenda kita, tapi untuk
acara lain jadwal kita gampang diubah seketika.

Lucu ya, susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah,
tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip.

Lucu ya, kita begitu percaya pada yang dikatakan koran,
tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al
Quran.

Lucu ya, semua orang penginnya masuk surga tanpa harus
beriman, berpikir, berbicara ataupun melakukan apa-apa.

Lucu ya, kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email, tapi
bila ngirim yang berkaitan dengan ibadah / pengetahuan
ke-Islaman sering mesti berpikir dua-kali.


“Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin
bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari
Allah.” (QS. 33:47)

Sunday 17 January 2010

UKHTI (Upaya Kaum Hawa Taklukkan Iman)

Sepakat atau tidak sepakat saya akan berhipotesa yang didasarkan oleh sebuah analisis.
Dan sebelumnya kita akan berangkat dari sebuah definisi bahwa Setiap muslimah itu sudah pasti kaum hawa dan tidak setiap kaum hawa itu muslimah.

So,who is muslimah ?
Muslimah adalah kaum hawa beragama Islam yang menampilkan cerminan dari Islam itu sendiri, baik secara fisik (penampilan) ataupun sikap (perilaku).
Wanita yang beragama Islam dan tampilan fisiknya mencerminkan bahwa dia seorang muslimah (menutup aurat) belum menjamin kemuslimahannya apabila tidak didukung oleh perilaku yang baik.

Justru inilah yang banyak terjadi ditengah-tengah kehidupan sekarang ini yang efeknya akan sampai kepada rusaknya citra Islam sebagai agama yang hanif (lurus).
Bagaimana mungkin seorang wanita disebut muslimah kalau ternyata pakaiannya ketat.
Apakah mungkin wanita berjilbab disebut muslimah kalau ternyata ia terlalu sering duaan (khalwat) dengan pria yang belum pasti menjadi pasangan hidupnya.
Pantaskah seorang wanita merendahkan dirinya hanya karena ingin diperhatikan oleh pria idaman?

Saudariku. . .
Bersegeralah bertaubat dan haraplah pengampunan Tuhanmu.
Munculkanlah kembali rasa malumu terutama kepada dzat yang menciptakanmu.

Saudariku . . .
Kau adalah permata yang tetap akan menjadi permata walaupun kau berada dalam kubangan yang kumuh.
Kumbang-kumbang boleh mendekatimu tetapi hanya kumbang pilihan yang berhak tuk mereguk madumu.

Saudariku . . .
Kau terlalu sempurna untuk dilukiskan di atas kanvas sementara minyak warnaku habis.

Namun . . .

Ku terpaksa membencimu karena seringkali kau taklukkan imanku.

Semoga Bermanfaat !!!

Cintanya Abu Bakar

Di dalam Gua Tsur wajah Abu Bakar pucat pasi. Langkah kaki para pemuda Quraisy tidak lagi terdengar samar. Tak terasa tubuhnya bergetar hebat, betapa tidak, dari celah gua ia mampu melihat para pemburu itu berada di atas kepalanya. Setengah berbisik berkatalah Abu Bakar.

Wahai Rasul Allah, jika mereka melihat ke kaki-kaki mereka, sesungguhnya mereka pasti melihat kita berdua Rasulullah memandang Abu Bakar penuh makna. Ditepuknya punggung sahabat dekatnya ini pelan sambil berujar "Janganlah engkau kira, kita hanya berdua. Sesungguhnya kita bertiga, dan yang ketiga adalah Dia, yang menggenggam kekuasaan maha, Allah ".

Sejenak ketenangan menyapa Abu Bakar. Sama sekali ia tidak mengkhawatirkan keselamatannya. Kematian baginya bukan apa-apa, ia hanya lelaki biasa. Sedang, untuk lelaki tampan yang kini dekat di sampingnya, keselamatan di atas mati dan hidupnya. Bagaimana semesta jadinya tanpa penerang. Bagaimana Madinah jika harus kehilangan purnama. Bagaimana dunia tanpa benderang penyampai wahyu.

Sungguh, ia tak gentar dengan tajam mata pedang para pemuda Quraisy, yang akan merobek lambung serta menumpahkan darahnya. Sungguh, ia tidak khawatir runcing anak panah yang akan menghunjam setiap jengkal tubuhnya. Ia hanya takut, Muhammad, ya Muhammad.. mereka membunuh Muhammad.

***

Berdua mereka berhadapan, dan mereka sepakat untuk bergantian berjaga. Abu Bakar memandang wajah syahdu di depannya dalam hening. Setiap guratan di wajah indah itu ia perhatikan seksama. Aduhai betapa ia mencintai putra Abdullah. Kelelahan yang mendera setelah berperjalanan jauh, seketika seperti ditelan kegelapan gua. Wajah di depannya yang saat itu berada nyata, meleburkan penat yang ia rasa. Hanya ada satu nama yang berdebur dalam dadanya. Cinta.

Sejenak kemudian, Muhammad melabuhkan kepalanya di pangkuan Abu Bakar. Dan seperti anak kecil, Abu Bakar berenang dalam samudera kegembiraan yang sempurna. Tak ada yang dapat memesonakannya selama hidup kecuali saat kepala Nabi yang ummi berbantalkan kedua pahanya. Mata Rasulullah terpejam. Nafas harum itu terhembus satu-satu, menyapa wajah Abu Bakar yang sangat dekat. Abu Bakar tersenyum, sepenuh kalbu ia menatapnya lagi. Tak jenuh, tak bosan. Dan seketika wajahnya muram. Ia teringat perlakuan orang-orang Quraisy yang memburu Purnama Madinah seperti memburu hewan buruan.

Bagaimana mungkin mereka begitu keji mengganggu cucu Abdul Muthalib, yang begitu santun dan amanah. Mendung di wajah Abu bakar belum juga surut. Sebuah kuntum azzam memekar di kedalaman hatinya, begitu semerbak. Selama hayat berada dalam raga, aku Abu Bakar, akan selalu berada di sampingmu, untuk membelamu dan tak akan membiarkan sesiapapun menganggumu.

Sunyi tetap terasa. Gua itu begitu dingin dan remang-remang. Abu Bakar menyandarkan punggung di dinding gua. Rasulullah, masih saja mengalun dalam istirahatnya. Dan tiba-tiba saja, seekor ular mendesis-desis perlahan mendatangi kaki Abu Bakar yang terlentang. Abu Bakar menatapnya waspada, ingin sekali ia menarik kedua kakinya untuk menjauh dari hewan berbisa ini. Namun, keinginan itu dienyahkannya dari benak, tak ingin ia mengganggu tidur nyaman Rasulullah. Bagaimana mungkin, ia tega membangunkan kekasih itu.

Abu Bakar meringis, ketika ular itu menggigit pergelangan kakinya, tapi kakinya tetap saja tak bergerak sedikitpun. Dan ular itu pergi setelah beberapa lama. Dalam hening, sekujur tubuhnya terasa panas. Bisa ular segera menjalar cepat. Abu Bakar menangis diam-diam. Rasa sakit itu tak dapat ditahan lagi. Tanpa sengaja, air matanya menetes mengenai pipi Rasulullah yang tengah berbaring. Abu Bakar menghentikan tangisannya, kekhawatirannya terbukti, Rasulullah terjaga dan menatapnya penuh rasa ingin tahu.

"Wahai hamba Allah, apakah engkau menangis karena menyesal mengikuti perjalanan ini" suara Rasulullah memenuhi udara Gua.

"Tentu saja tidak, saya ridha dan ikhlas mengikutimu kemanapun", potong Abu Bakar masih dalam kesakitan.

"Lalu mengapakah, engkau meluruhkan air mata?"

"Seekor ular, baru saja menggigit saya, wahai putra Abdullah, dan bisanya menjalar begitu cepat"

Rasulullah menatap Abu Bakar penuh keheranan, tak seberapa lama bibir manisnya bergerak: "Mengapa engkau tidak menghindarinya?"

"Saya khawatir membangunkan engkau dari lelap", jawab Abu Bakar sendu. Sebenarnya ia kini menyesal karena tidak dapat menahan air matanya hingga mengenai pipi Rasulullah dan membuatnya terjaga.

Saat itu air mata bukan milik Abu Bakar saja. Selanjutnya mata Al-Musthafa berkabut dan bening air mata tergenang di pelupuknya. Betapa indah sebuah ukhuwah.

"Sungguh bahagia, aku memiliki seorang seperti mu wahai putra Abu Quhafah. Sesungguhnya Allah sebaik-baik pemberi balasan". Tanpa menunggu waktu, dengan penuh kasih sayang, Al-Musthafa meraih pergelangan kaki yang digigit ular. Dengan mengagungkan nama Allah pencipta semesta, Nabi mengusap bekas gigitan itu dengan ludahnya. Mahasuci Allah, seketika rasa sakit itu tak lagi ada. Abu Bakar segera menarik kakinya karena malu. Nabi masih memandangnya sayang.

Bagaimana mungkin, mereka para kafir tega menyakiti manusia indah seperti mu. Bagaimana mungkin? nyaring hati Abu Bakar kemudian.

Gua Tsur kembali ditelan senyap. Kini giliran Abu Bakar yang beristirahat dan Rasulullah berjaga. Dan, Abu Bakar menggeleng kuat-kuat ketika Rasulullah menawarkan pangkuannya. Tak akan rela, dirinya membebani pangkuan penuh berkah itu.

Semoga Bermanfaat !!!

Akal Setipis Rambut

(Dari berbagai sumber)

Jangankan lelaki biasa, Nabi pun terasa sunyi tanpa wanita.
Tanpa mereka hati, fikiran, perasaan lelaki akan resah.
Masih mencari walaupun sudah ada segala-galanya.
Apa lagi yang tidak ada di syurga, namun Nabi Adam a.s tetap merindukan Siti Hawa.
Kepada perempuan lah, lelaki memanggil ibu, istri atau putri.
Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki, tetapi kalau lelaki sendiri yang tak lurus, tidak mungkin mampu hendak meluruskan mereka.

Tak logis kayu yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus.
Luruskanlah wanita dengan cara petunjuk Allah, karena mereka diciptakan begitu rupa oleh Mereka.
Didiklah mereka dengan panduan dari-Nya.

Jangan coba jinakkan mereka dengan harta,
Nanti mereka semakin liar.
Jangan hiburkan mereka dengan kecantikan,
Nanti mereka semakin menderita.

Yang sementara itu tidak akan menyelesaikan masalah.
Kenalkan mereka kepada Allah, zat yang kekal, disitulah kuncinya.

Akal setipis rambutnya,
Tebalkan dengan ilmu.
Hati serapuh kaca,
Kuatkan dengan iman.
Perasaan selembut sutera,
Hiasilah dengan akhlak.

Suburkan lah karena dari situlah nanti mereka akan nampak penilaian dan keadilan Tuhan.
Akan terhibur dan bahagia lah hati mereka, walaupun tidak jadi ratu cantik dunia, presiden ataupun perdana menteri negara atau wonder women.
Bisikkan ke telinga mereka bahwa kelembutan bukan suatu kelemahan.
Itu bukan diskriminasi Tuhan.
Sebaliknya disitulah kasih sayang Tuhan, karena rahim wanita yang lembut itulah yang mengandungkan lelaki-lelaki wajah : negarawan, karyawan, jutawan dan " wan-wan" lain.
Tidak akan lahir superman tanpa superwoman.
Wanita yang lupa hakikat kejadiannya, pasti tidak terhibur dan tidak menghiburkan.
Tanpa ilmu, iman dan akhlak, mereka bukan saja tidak bisa diluruskan, bahkan mereka pula membengkokkan.

Lebih banyak lelaki yang dirusakkan oleh perempuan,
Daripada perempuan yang dirusakkan oleh lelaki.
Sebodoh-bodoh perempuan pun bisa menundukkan kepandaian lelaki.

Itulah akibatnya apabila wanita tidak kenal Tuhan.
Mereka tidak akan kenal diri mereka sendiri, apalagi mengenal lelaki.
Kini bukan saja banyak bos telah kehilangan sekretaris, bahkan anak pun akan kehilangan ibu, suami kehilangan istri dan bapa akan kehilangan putri.

Bila wanita durhaka dunia akan huru-hara.
Bila tulang rusuk patah, rusaklah jantung, hati dan limpa.
Para lelaki pula jangan hanya mengharap ketaatan tetapi binalah kepimpinan.
Pastikan sebelum memimpin wanita menuju Allah, Pimpinlah diri sendiri dahulu kepada-Nya.
Jinakkan diri dengan Allah, niscaya akan jinak lah segala-galanya dibawah pimpinan kita.

Jangan mengharap istri seperti Siti Fatimah,
Kalau pribadi belum lagi seperti Sayidina Ali.

Semoga Bermanfaat !!!

 

blogger templates | Make Money Online