Showing posts with label Sharing. Show all posts
Showing posts with label Sharing. Show all posts

Sunday, 11 October 2015

Sekuel Monolog Rasa #4



Bumi Allah, 28 Dzulhijjah 1436 H


“Beribu ombak laut tlah kulewati, namun gelombang rasa ini terus menderu, tak pernah mengenal pasang-surut, seperti rinduku padamu di kala purnama menampakkan siluetnya”


Kau tahu? Laut begitu luas bukan? Bahkan, kita tak akan pernah tahu batasnya sampai mana. Bagiku, laut adalah bejana untuk menampung rinduku padamu. Karena rinduku padamu memang tak berbatas, layaknya langit yang tak kan pernah bisa dijangkau oleh tangan manusia. Karena langit tak ada batasnya juga.

Dan apa kamu ingat, aku pernah menyebutmu laut sebab sepasang bola mata milikmu semenenangkan biru? Ah, pasti kamu tidak mengingatnya. Maka, biarlah aku mengajakmu kembali untuk membuka kotak pandora yang sengaja aku titipkan padamu.

Bersama dengan terbukanya kotak pandora itu, kamu akan kubuat melompat pada suatu masa dimana kakiku menginjak tanah yang sama seperti kakimu. Judulnya, “Ketika kita bersama”, (mungkin) ini prolog yang tepat untuk memulai ceritaku.

Ketika kita bersama, aku punya sekali banyak lebam, bahkan kamu akan kerepotan untuk menyembuhkannya. Aku terlalu rumit dalam banyak hal, yang memahami dan merapikannya, akan melelahkanmu. Aku terlahir dengan fisik dan hati yang amat rapuh, mudah sakit dan mudah menangis, lagi-lagi, itu hanya melelahkan. Pada saat itulah, aku membuat Allah bingung, sebab denganmu aku berharap dijauhkan.


“Atas muara hati yang akan tertuju nanti, aku serahkan padaMu, Rabb yang menciptakan semesta ini. Kini selamat menjadi yang bahagia, dan selamat menemukan bahagia-bahagia lainnya. Beri aku langkah yang mudah, untuk di hati menjadikanmu sesuatu yang lalu. Bukan pergi apalagi bersembunyi. Aku hanya bergeser ke poros bumi yang lain, agar memandang punggungmu tak seberharap dulu”


Aku ingin sekali merindukanmu tanpa menyulitkan perasaanmu. Karena memang merindukanmu itu, tak membutuhkan syarat dan alur birokrasi yang rumit, bukan?

Lalu, apa yang bisa aku lakukan untuk merindukanmu? Menyapamu kah, sembari menanyakan “Bagaimana aktivitas kamu hari ini?” atau “Adakah inspirasi yang dapat kamu bagikan kepadaku hari ini?”

Namun, seperti yang kamu tahu. Aku memang tak pandai untuk memulai terlebih dahulu, karena aku salahsatu makhluk yang diciptakan olehNya dengan keberanian yang begitu payah.

Seiring berjalannya mesin waktu, tanpa harus aku dikte kembali disetiap ruas-ruasnya. Aku mulai mengerti, disaat aku menulis, aku merasakan rindu yang begitu hebatnya padamu. Oleh karena itu, aku memutuskan dengan cara seperti inilah aku merindukanmu. Tidak apa-apa kan?


“People fall in love in mysterious ways, and I just wanna tell you I am ....”


Ya Rabb....
Jangan sampai hati ini telah menikah dengan dunia dan seisinya. Aku tak ingin bercerai dariMu.
Biarlah semua perasaan ini tumpah meruah dan cukup bermuara padaMu saja. Tidak pada yang lain.
Temani kesepianku di kala terik mentari menggersangkan hatiku dan di kala lengkut sabit rembulan mencuri perhatian pandangku.
Sudikah engkau kembali menerima do’aku, “Ma Fii Qalbii Ghairullah... Tiada di hatiku melainkan Allah...”





Pria sederhana yang teramat jauh dari sempurna,






Iqbal Sujida Ramadhan

Sunday, 28 December 2014

Sekuel Monolog Rasa #3




Bumi Allah, 6 Rabi'ul Awal 1436 H


"Menanti, menunggu, merindu, bahkan mencinta. Sesungguhnya ini termasuk hal-hal yang tak pernah terselesaikan, jika tak ada kepastian."


Bagaimanapun juga perempuan itu butuh suatu kepastian.
Tak bisa kamu gantungkan begitu saja, layaknya mimpi-mimpimu di ketinggian langit.
Kalau toh pun kamu ingin menggantungkannya, mereka butuh pegangan yang kuat.
Bukannya apa-apa, mereka makhluk yang mudah sekali terjatuh, tak bisa kamu permainkan semudah itu, apalagi yang menyangkut perasaannya.


Pernah suatu hari aku bertanya, "mengapa kamu butuh kepastian?"
Lalu kamu pun menjawab, "hanya sekedar untuk membuat perasaanku sedikit nyaman, meskipun bisa saja sewaktu-waktu, kamu pergi meninggalkanku dan tak pernah kembali."


Ternyata dari jawabanmu itu, aku dapat menyimpulkan bahwa rasa khawatirmu jauh lebih besar dari rasa cintamu.
Aaahhhh..... lagi-lagi dominasi perasaanmu begitu kuat. Kamu memang dianugerahi sensor-sensor perasaan yang begitu sensitif.


Untuk sementara waktu, aku hanya ingin berpesan untukmu,
"Jangan kamu kira, ucapanku selama ini hanya berhenti di titik angan-angan saja dan sekedar janji yang tidak bisa ditepati. Karena aku tahu, kamu suka untuk diperjuangkan bukan?"


Dan akan kuberitahukan, bagaimana caranya untuk menjaga perasaanmu tetap nyaman hingga kepastian hari Mitsaqan Ghaliiza itu tiba. Beginilah caranya,


"Belajarlah dengan baik, tentang apa saja terutama ilmu agama. Datanglah ke berbagai majelis ilmu (jika Allah berkehendak mempertemukan kita sekali, dua kali, bahkan lebih disana, tentu akan menyenangkan bukan?). Mendekatlah pada Al-Qur'an, aku sangat berharap di suatu hari nanti kamulah yang mengajarkan kepada mujahid-mujahid kecil kita bagaimana cara membacanya. Karena itulah, kamu digelari madrasah terbaik yang ada di dunia ini.
Tetaplah di tempat itu, berdiri di posisi yang sama, dengan jarak yang sama sebelum hari itu tiba. InsyaAllah, aku akan menjemputmu, tenang saja."



"Bagi mereka yang mengupayakan cinta, setiap musim membagi cindera mata, kristal salju, kuntum bunga, pasir pantai, serasa hangat juga payung dan layang-layang. Bagi mereka yang mengupayakan cinta ditiap cuaca, cerah berbagi harapan, awan bersulam rahmat, hujan menyanyi rezeki, badai mengeratkan peluk dan tiba-tiba, surga mengetuk pintu rumah."
ust. Salim A. Fillah


Mau kan, untuk mengupayakan cinta bersama?





Pria sederhana yang teramat jauh dari sempurna,





Iqbal Sujida Ramadhan

Sunday, 16 November 2014

Sekuel Monolog Rasa #2


Bumi Allah, 23 Muharram 1436 H

"Karena keberkahan-Nya itu ada di sekitar hal-hal kebaikan yang kamu lakukan, maka patutlah kamu untuk bersyukur, bila disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang selalu mendekatkan diri kamu kepada Allah SWT"

Diakhir pertemuan itu, kamu (lagi dan lagi) menorehkan pesan yang kembali membuatku terpesona.
Sudah tak diragukan lagi kemampuanmu untuk mengolah rasa menjadi kata. Kalimat apapun yang keluar dari mulutmu, selalu saja meneduhkan hatiku yang terik ini dan membuatku berdecak kagum.
Terimakasih telah menjadi pengingat, agar aku senantiasa menjadi pribadi yang kian menawan dihadapan-Nya dari hari ke hari.
Bahkan ucapan terimakasih pun, takkan bisa membalas segala baik-budimu padaku selama ini.
Sudah biarkan saja, tetaplah selamanya begitu.

Jauh dari hari pertemuan kita terakhir itu, aku mencoba untuk mengintip halaman pribadimu di dunia maya. Tiba-tiba aku kembali dibuat terperangah, bukannya apa-apa, aku menemukan tulisan ini di teras teratas halaman pribadimu.




Surat tak berbalas ini, kutulis untukmu yang telah berhasil membuatku rindu

Mengurai rindu di ujung senja
bersama mentari terbenam dalam getirnya harap
Hingga rembulan kembali menatap mesra
memancarkan cahanya yang penuh kehangatan

............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Ternyata merindu itu menyesakkan dada
menguras pikiran dan menyita hati
Walau semesta mencoba untuk membendungnya
tetap saja meledak-meledak

............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................




Aku tak suka melihatmu dirundung rindu, sementara aku belum siap membersamaimu.
Kutahu rasa lelah ini telah menggerogoti kesendirianku, bahkan aku mulai sulit mengayunkan jentik demi jentik jemari ini, apalagi menuangkan rasa.
Sejak pertemuan terakhir itu, aku sudah berhenti menggantungkan harapan padamu, bukannya apa-apa, karena begitu harapan yang aku taruh padamu itu tidak mencapai ekspektasiku, aku belum siap untuk dikecewakan dengan orang yang (juga) aku rindukan.
Lantas hal yang bisa kulakukan saat ini adalah mencoba untuk berserah pada-Nya, menghormati keputusan-Nya dan mensyukuri ketetapan-Nya. Aku tak mau (lagi) menjalani hidup dengan bergelimangnya bualanmu.
Kuharap kamu cukup paham untuk tetap menyemburatkan senyum terindahmu. Karena jalan yang kita pilih, belum tentu Dia suka. Mari kita mengejar janji-Nya saja.
Bila janji-Nya adalah segera mempertemukan kita (kembali), apakah kita sudah siap?


Pria sederhana yang teramat jauh dari sempurna,





Iqbal Sujida Ramadhan

Sunday, 12 October 2014

Sekuel Monolog Rasa #1



Bumi Allah, 17 Dzulhijjah 1435 H

"Hai pangeran, datengnya jangan lama-lama yaa..."

Lagi-lagi kalimat ini, kembali menghangatkan tubuhku yang mulai dilanda kedinginan oleh udara malam ini.
Aku kembali didera rindu, tapi aku cukup tenang, tidak sekalang-kabut seperti dahulu.

Karena sekarang, aku sudah pandai meredam gejolak-gejolak rasa ini.

Ah masa? Kamu bohong!
Kulihat letupan-letupan rasa itu masih saja ada, walaupun tak sepanas gejolaknya.

Kudengar gemuruh rasa itu terus menderu, bahkan bising sekali hasil teriakannya.
Kamu belum sepenuhnya, mengendalikan perasaan itu.
Aku tahu kok, jujur saja.


Ya wajar saja, semua ini karena ulahmu, kamu yang telah membuatku jatuh dan membuatku cinta pula.
Kamu yang memulai, namun biarlah aku yang mengakhiri.
Namun sebelum aku mengakhiri, izinkan aku untuk meminta satu hal padamu.

Ingatkan aku untuk selalu berpaling pada-Nya, ketika aku mulai memikirkan wajahmu dan menatap kedua matamu.
Bisakah kamu penuhi?



Pria sederhana yang teramat jauh dari sempurna,





Iqbal Sujida Ramadhan

Monday, 6 October 2014

Bagaimana Rasanya Menjadi Tujuan?



Bumi Allah, 11 Dzulhijjah 1435 H

Bagaimana rasanya menjadi tujuan?
Menanti penuh debar, seseorang yang akan menawarkan diri untuk menjadi qawwam duniamu, yang rela mengiringi langkahmu untuk menuai pahala kebaikan.

Bagaimana rasanya menjadi tujuan?
Menunggu dengan taat, seseorang yang akan menjadi imam shalatmu di rumah, yang berani bertanggung jawab membimbingmu menuju Syurga-Nya.

Bagaimana rasanya menjadi tujuan?
Menjadi pusat segala curahan, seseorang yang akan melengkapi tulang rusukmu, yang pertama dan terakhir menyapa disamping tempat tidurmu.

Bagaimana rasanya menjadi tujuan?
Menjadi sandaran keletihan, seseorang yang akan menafkahi keluarga kecilmu, yang tulus membanting tulang dari mentari terbit hingga kembali terbenam.

Bagaimana rasanya menjadi tujuan?
Menjadi bidadari dunia, seseorang yang akan menggandeng tanganmu kemana-mana, yang tak pernah lupa menyelipkan namamu di sela-sela do'a sepanjang malam.

Duhai Dinda, seseorang yang namanya telah tertulis di Lauhul Mahfuz. Tuang rasa ini, sengaja aku ikat abadi, agar kamu dapat merasakan saat-saat aku sedang merindu. Merindu sangat akan tibanya hari Mitsaqan Ghaliiza itu.

Dan seperti yang kita ketahui bersama, "Bila titik penantian ini adalah sebuah ujian, tiada lagi ekspresi rindu selain do'a yang kupanjatkan. Bertukar do'a di sepertiga malam terakhir, selalu terjaga dalam mihrab taat."


Pria sederhana yang teramat jauh dari sempurna,





Iqbal Sujida Ramadhan

Sunday, 29 June 2014

Ramadhan Kariim


Bumi Allah, 1 Ramadhan 1435 H

Alhamdulillah, puji dan syukur kupanjatkan padaMu ya Rabb, akhirnya disampaikan kembali dengan bulan Ramadhan ini.

Segala sesuatunya akan dibuat indah oleh kuasaMu ya Rabb, aku sangat yakin akan hal itu. Begitu pula untuk bulan Ramadhan kali ini, semua akan terasa begitu spesial untukku. Ramadhan kali ini akan menjadi momen yang sangat luar biasa nampaknya, selain menyelesaikan target amalan-amalan yaumi yang telah disusun, nampaknya akan disibukkan juga dengan agenda wajib mahasiswa tingkat akhir, tiada lain tiada bukan adalah Seminar Hasil Penelitian dan Sidang Komprehensif Sarjana.

Subhanallah, kedua agenda itu telah diatur sedemikian rupa oleh kuasaMu ya Rabb, keduanya bertepatan dengan ibadah shaum Ramadhan, berilah Hamba kekuatan untuk menyelesaikan semua ini ya Rabb.

“Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kekuatan, keistiqomahan, kemampuan serta kecukupan dalam ketaatan dan ibadah khususnya pada bulan Ramadhan dan kami berlindung kepada-Mu dari segala musibah dan kepayahan wahai Dzat Yang Maha Pengasih”

Di hari pertama bulan Ramadhan ini, aku ingin berbagi kisah mengenai Keutamaan 10 Hari pertama Bulan Ramadhan.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Awal bulan Ramadan adalah Rahmat, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya ‘Itqun Minan Nar (pembebasan dari api neraka).”

Sepuluh hari pertama di bulan ramadhan adalah awal yang cukup melelahkan dan tentunya kita berusaha beradaptasi dengan penuh kesabaran untuk melaksanakan shaum dan mengerjakan amalan-amalan yang dicintai oleh Allah SWT. Para ulama memaknai sepuluh hari pertama bulan ramadhan sebagai Rahmat, yaitu terbukanya pintu Rahmat Allah SWT, yang diberikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya yang menunaikan shaum.

Dalam khazanah tasawuf Rahmat itu ada dua macam, pertama Rahmah Dzaatiyyah, yaitu Rahmat dan Anugerah yang diberikan Allah SWT kepada semua mahluk-Nya tanpa terkecuali. Kedua Rahmah Khushushiyyah, yaitu Rahmat dan kasih sayang yang Allah SWT hanya diberikan kepada hamba-hamba Pilihan-Nya. Sepuluh hari pertama merupakan keistimewaan karena diturunkannya Rahmat kepada hamba-hamba yang telah ikhlas dan ridha menunaikan shaum ramadhan dengan penuh keimanan kepada Allah SWT.

Salah satu Rahmat dan kasih sayang Allah SWT yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang shaum dengan Iman dan taqwa yaitu disediakan salah satu pintu masuk ke dalam surga yang tidak dilalui oleh siapapun kecuali para ahli shaum.

Dari Sahal bin Sa’ad ra, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di Surga ada salah satu pintu yang dinamakan Rayyan; masuk dari pintu tersebut ahli shaum di hari kiamat, tidak ada yang masuk dari pintu itu selain ahli shaum, lalu diserukan “Manakah para ahli shaum?’, maka berdirilah para ahli shaum dan tak ada seorangpun yang masuk dari pintu itu kecuali mereka yang tergolong para ahli shaum, dan apabila mereka sudah masuk, maka pintu surga tersebut segera tertutup, dan tak ada satupun yang diperbolehkan masuk setelah mereka.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Semoga Bermanfaat !

(Dari berbagai sumber)

Thursday, 29 May 2014

Miitsaqan Ghaliiza

Bumi Allah, 30 Rajab 1435 H


Monolog rasa kian meradang
Menanti janji tak kunjung tiba
Terdengar sayup isak tangis
Dari palung samudera hati


“Kamu serius mau melangkah ke Miitsaqan Ghaliiza?”

Pertanyaan singkat itu, tiba-tiba saja membuat pandanganku bias, pikiranku kosong, perasaanku berkecamuk, dan lisanku terkunci rapat.

Wajar saja aku seperti itu, karena ini menyangkut tentang Miitsaqan Ghaliiza. Ya, Miitsaqan Ghaliiza sebuah perjanjian yang amat kuat. Bayangkan saja, firman Allah SWT dalam Q.S An-Nisa 4:21, memaknai Miitsaqan Ghaliiza itu merupakan suatu ikatan lahir dan batin antara seorang lelaki dan seorang perempuan untuk hidup bersama. Dengan kata lain, perjanjian itu dilakukan pada saat proses akad nikah dan tiada lain, tiada bukan adalah Ijab-Qabul.

Dimana Miitsaqan Ghaliiza (perjanjian yang amat kuat) ini hanya ditemui tiga kali dalam Al-Qur’an. Pertama yang disebut di atas, yakni menyangkut perjanjian antara suami-istri, dan dua sisanya menggambarkan perjanjian Allah dengan para nabi-Nya (Q.S Al-Ahzab 33:7) dan perjanjianNya dengan umatNya dalam konteks melaksanakan pesan-pesan agama (Q.S An-Nisa 4:154).

Subhanallah, begitu kuatnya janji yang diucapkan pada saat akad nikah (Ijab-Qabul). Sampai-sampai disetarakan dengan perjanjian  antara Allah SWT dengan Nabi Musa AS di bukit thur. Dimana janji itu mampu mengguncang Arsy, membuat malaikat ikut mengamini, dan Allah juga meridai.

Jujur pada waktu itu, ada rasa tak terdefinisi. Bahagia, cemas, takut, gemetar, entah ada berapa rasa lagi yang berhimpun menjadi satu. Sejenak, pikiranku melayang pada masa yang akan datang, sekian detik kemudian kotak memori masa laluku pun terbuka. Entah apa yang kucari. Mungkin sebuah keyakinan, bahwa tiba saatnya aku memasuki zona Ijab-Qabul ini.


Sergapan rindu kian menderu
Gemuruh harap labuhkan cinta
Tertancap tegas mengikat jejak
Di atas tahta penantian ini


Dipikir-pikir lucu juga ya, aku tidak bisa menjawab pertanyaan sesingkat itu. Padahal, pertanyaan singkat “kapan nikah?” pun bisa kujawab. Meskipun, perlu memadukan antara rasionalisasi hati dengan pikiran, dalam waktu yang cukup singkat untuk menjawab pertanyaan itu kepada khalayak.

Betul, apa kata Mas Gun panggilan dari Kurniawan Gunadi dalam cerita Mencari Tahu.

Tahukah kita? Seandainya setiap orang paham bahwa mencintai bukan hanya soal waktu, soal keberanian, atau soal kesempatan. Namun, soal keimanan dan ketaqwaan. Bila setiap orang sadar bahwa tidak semua perasaan itu harus dituruti. Tidak harus dikatakan. Tidak harus ditindak lanjuti. Kan sudah aku bilang, urusan ini bukan sekedar urusan waktu dan keberanian, tapi urusan keimanan dan ketaqwaan.

Tahukah kita? Terlalu banyak orang kehilangan sabar. Tidak mampu memahami keadaan. Terlalu terburu-buru mengungkapkan sesuatu. Tidak berpikir dua kali untuk bertanya-tanya, “apakah kiranya Tuhan ridho dengan tindakannya?”

Tahukah kita? Pada akhirnya orang yang bisa membersamai kita bukanlah dia yang lebih cepat atau lebih lambat. Tetapi dia yang bisa mengiringi langkah kita. Langkah yang sama jauhnya, sama pendeknya. 


Janji ini menjelang semi
Menjadi elok di akhir kisah
Dalam koridor do’a yang terjaga
Syahdu dan khidmat menuju padaNya


Kini aku kembali menata hati dan memperbaiki niat. Mencoba menghentikan berjuta sensasi dan fantasi yang kembali mengendalikan pikiranku. Tak terasa, kini semakin dekat.

Dan seperti yang kita ketahui bersama, “Bila titik penantian ini adalah sebuah ujian, tiada lagi ekspresi rindu selain do'a yang kita panjatkan. Bertukar do'a di sepertiga malam terakhir, selalu terjaga dalam mihrab taat.”

Maaf, maaf jika aku terlalu berlebihan menanggapi hal ini. Mari kita kembali meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Setidaknya, lewat tulisan ini, mungkin kamu bisa menafsirkan, sekelumit rasa yang sedang berkecamuk pada waktu itu hingga membuat raga ini terkulai lemah dan bibir ini terbujur kaku.


Pria sederhana yang teramat jauh dari sempurna,




Iqbal Sujida Ramadhan

Sunday, 24 March 2013

Kesibukan dan Amanah (by : FIKA KRM Al-Ikhlash SMAN 2 Bandung)

Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Banyak yang bilang, bahwa salah satu tanda Allah SWT mencintai kita, adalah dengan memberikan kita kesibukan. Tentu, sibuk dalam kebaikan. Dengan sibuk, Dia menjauhkan kita dari hal-hal yang tidak berguna, bahkan dari kemaksiatan. Selain itu, dengan kesibukan dalam kebaikan, nilai guna kita di dunia pun (seharusnya) bisa meningkat, dan ladang panen amal shalih pun makin meluas, tentu bila dimanfaatkan dengan baik.

Kesibukan ini bernama amanah. Amanah untuk bekerja bagi orang banyak, dengan menyisihkan sedikit (bahkan mungkin banyak) waktu untuk diri sendiri, demi kebaikan orang lain.

Rasulullah saw. bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (Ahmad dan Ibnu Hibban)

Amanah biasanya dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Contohnya amanah sebagai presiden, ketua dari suatu organisasi, dll. Sebenarnya secara syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Itulah makna yang terkandung dalam firman Allah swt.: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya; dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil.” (An-Nisa: 58)

Ayat di atas menegaskan bahwa amanah tidak melulu menyangkut urusan material dan hal-hal yang bersifat fisik. Kata-kata adalah amanah. Menunaikan hak Allah adalah amanah. Memperlakukan sesama insan secara baik adalah amanah. Ini diperkuat dengan perintah-Nya: “Dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil.” Dan keadilan dalam hukum itu juga merupakan salah satu amanah.

Jadi sebenarnya amanah, kerjaan, kesibukan, tanggung jawab atau apapun yg sejenis adalah upaya Allah untuk memberikan hikmah dan kebaikan, maka… berbahagialah bagi mereka yg selalu disibukkan dengan tanggung jawab, karena dengannya ia akan tumbuh, menjadi besar, menjadi lebih baik, dan dengannya ia akan terjaga.

Saturday, 23 March 2013

Menikmati Perubahan (by : FKDF Unpad)


Dulu dia itu ceroboh, kini lebih hati-hati dan teliti.
Dulu dia suka gugup, kini lebih berani dan percaya diri.
Dulu dia emosian, kini lebih tenang dan bijak.
Dulu dia pemurung, kini lebih riang dan menyenangkan.
Dulu dia....

Banyak perubahan yang terjadi, Inilah Lingkaran Kecil yang membuat perubahan. :)

Wednesday, 11 January 2012

10 Tanda Si Dia Jodoh Anda



1. Gunakan Seluruh Pancaindera

Jodoh adalah perkara yang sudah ditetapkan oleh Tuhan yang Maha Esa. Tetapi bagaimana kita hendak mengetahu Si Dia memang ditakdirkan untuk kita ?

Tuhan mengurniakan manusia telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan akal untuk berfikir. Jadi gunakan sebaik-baiknya bagi mengungkapkan rahasia cinta yang ditakdirkan. Dua manusia yang rasa mereka dapat hidup bersama dan memang dijodohkan pasti memiliki ikatan emosi, spiritual dan fizikal antara keduanya.

Apabila bersama, masing-masing dapat merasai kemanisan cinta dan saling memerlukan antara satu sama lain. Lalu gerak hati mengatakan, dialah insan yang ditakdirkan untuk bersama.



2. Bersahaja

Kekasih kita itu bersikap bersahaja dan tidak berlakon. Coba perhatikan cara dia berpakaian, cara percakapan, cara ketawa serta cara makan dan minum. Adakah ia spontan dan tidak dikawal atau pun kelihatan pelik.

Kalau ia nampak kurang selesa dengan gayanya, sah dia sedang berlakon. Kadang-kadang, kita dapat mengesanyang dia sedang berlakon. Tetapi, apabila dia tampil bersahaja dan tidak dibuat-buat, maka dia adalah calon hidup kita yang sesuai. Jika tidak, dia mungkin bukan jodoh kita.



3. Senang Bersama

Walaupun kita selalu bersamanya, tidak ada sedikit pun perasaan bosan, jemu ataupun tertekan pada diri kita. Semakin hari semakin sayang kepadanya. Kita sentiasa tenang, gembira dan dia menjadi pengobat kedukaan kita.

Dia juga merasainya. Rasa senang sekali apabila bersama. Apabila berjauhan, terasa sedikit tekanan dan rasa ingin berjumpa dengannya. Tidak kira siang ataupun malam, ketiadaannya terasa sedikit kehilangan.



4. Terima Kita Seadanya

Apapun kisah silam yang pernah kita lakukan, dia tidak ambil peduli. Mungkin dia tahu perpisahan dengan bekas kekasihnya sebelum ini kita yang mulakan.

Dia juga tidak mengambil kisah siapa kita sebelum ini. Yang penting, siapa kita sekarang. Biarpun dia tahu yang kita pernah mempunyai kekasih sebelumnya, dia tidak ambil hati langsung. Yang dia tahu, kita adalah miliknya kini.

Dia juga sedia berkongsi kisah silamnya. Tidak perlu menyimpan rahsia apabila dia sudah bersedia menjadi pasangan hidup kita.



5. Sentiasa Jujur

Dia tidak kisah apa yang kita lakukan asalkan tidak menyalahi hukum-hakam agama. Sikap jujur yang dipamerkan menarik hati kita. Kejujuran bukan perkara yang boleh dilakonkan. Kita dapat menyesaki sesuatu apabila dia menipu kita.

Selagi kejujuran bertakhta di hatinya, kebahagiaan menjadi milik kita. Apabila berjauhan, kejujuran menjadi faktor paling penting bagi suatu hubungan.

Apabila dia tidak jujur, sukar baginya mengelak daripada berlaku curang kepada kita. Apabila dia jujur, semakin hangat lagi hubungan cinta kita. Kejujuran yang disulami dengan kesetiaan membuahkan percintaan yang sejati. Jadi, dialah sebaik-baik pilihan.



6. Percaya Mempercayai

Setiap orang mempunyai rahasia tersendiri. Adakalanya rahasia ini perlu diisi supaya dapat mengurangkan beban yang ditanggung.

Apabila kita mempunyai rahasia dan ingin memberitahu kekasih, adakah rahasia kita selamat di tangannya ? Bagi mereka yang berjodoh, sifat saling percaya mempercayai antara satu sama lain timbul dari dalam hati nurani mereka.

Mereka rasa selamat apabila memberitahu rahsia-rahsia kepada kekasihnya berbanding rakan-rakan yang lain. Satu lagi, kita tidak berahsia apa pun kepadanya dan kita pasti rahsia kita selamat. Bukti cinta sejati adalah melalui kepercayaan dan kejujuran. Bahagialah individu yang memperoleh kedua-duanya.



7. Senang Bekerjasama

Bagi kita yang inginkan hubungan cinta berjaya dan kekal dalam jangka masa yang panjang, kita dan dia perlu saling bekerjasama melalui hidup ini. Kita dan kekasih perlu memberi kerjasama melakukan suatu perkara sama ada perkara remeh ataupun sukar.

Segala kerja yang dilakukan perlulah ikhlas bagi membantu pasangan dan meringankan tugas masing-masing. Perkara paling penting, kita dan dia dapat melalui semua ini dengan melakukannya bersama-sama.

Kita dan dia juga dapat melakukan semuanya tanpa memerlukan orang lain dan kita senang melakukannya bersama. Ini penting karena ia mempengaruhi kehidupan kita pada masa hadapan.
Jika tiada kerjasama, sukar bagi kita hidup bersamanya. Ini karena, kita yang memikul beban tanggungjawab seratus peratus. Bukankah ini menyusahkan ?



8. Memahami Diri Kita

Bagi pasangan yang berjodoh, dia mestilah memahami diri pasangannya. Semasa kita sakit dia bawa ke klinik. Semasa kita berduka, dia menjadi penghibur. Apabila kita mengalami kesusahan, dia menjadi pembantu. Di kala kita sedang berleter, dia menjadi pendengar.

Dia selalu bersama kita dalam sebarang situasi. Tidak kira kita sedang gembira ataupun berduka, dia sentiasa ada untuk kita.

Dia juga bersedia mengalami pasang surut dalam percintaan. Kata orang, "lidah sendiri lagikan tergigit, inikan pula suami istri". Pepatah ini juga sesuai bagi pasangan kekasih.

Apabila dia sentiasa bersama kita melalui hidup ini di kala suka dan duka, di saat senang dan susah, dialah calon yang sesuai menjadi pasangan hidup kita.



9. Tampilkan Kelemahan

Tiada siapa yang sempurna di dunia. Tipulah jika ada orang yang mengaku dia insan yang sempurna daripada segala sudut.

Pasti di kalangan kita memiliki kelemahan dan keburukan tertentu. Bagi dia yang bersedia menjadi teman hidup kita, dia tidak terlalu menyimpan rahasia kelemahannya dan bersedia memberitahu kita.

Sudah tentu bukan senang untuk memberitahu dan mengakui kelemahan di hadapan kekasihnya. Malah, dia tidak segan memamerkan keburukannya kepada kita.

Misalnya, apabila dia bangun tidur atau pun sakit dan tidak mandi dua hari, dia tidak menghalang kita daripada melawatnya. Apabila kita dan dia saling menerima kelemahan dan sifat buruk masing-masing, memang ditakdirkan kita hidup bersamanya.



10. Kata Hati

Dengarlah kata hati. Kadangkala, manusia dikurniakan Tuhan masing-masing. Kita dan dia juga dapat membaca fikiran antara satu sama lain dan dapat menduga reaksi dan tindak balas pada situasi tertentu.
Apabila kita yakin dengan pilihan hidup kita, tanyalah sekali lagi.

Adakah dia ditakdirkan untuk kita ? Dengarlah kata hati dan buatlah pilihan. Serahlah segalanya pada ketentuan yang maha berkuasa.

Jodoh dan pertemuan semuanya di tangan Tuhan. Manusia hanya perancang di pentas dunia ini dan skripnya ditulis oleh yang maha esa. Adakalanya, dalam memainkan peranan sebagai pelakon, diberi petunjuk melalui mimpi.

....
Mimpi memang mainan tidur, tetapi apabila kita melakukan sembahyang Istikharah dan memohon supaya Tuhan memberikan petunjuk, insya-Allah dengan izinnya kita mendapat mimpi petunjuk. Jika dia pilihan kita, buatlah keputusan sebaiknya.

....
Jika tidak, tolaklah dia dengan baik. Semua yang kita lakukan ini adalah bagi mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia. Ingatlah, nikmat di dunia ini hanya sementara. Nikmat di akhirat adalah kekal selamanya. Fikirkanlah..

Adakah dia jodoh kita?

“Manusia hanya mampu merancang, Allah menentukan. Itu pasti!”

Sumber : http://pakarcinta.com

Saturday, 24 December 2011

Analogi Dakwah (by : Kang Yan ~FKDF Unpad~)



Beginilah analogi dakwah yang kita emban, terlihat sangat berat dan melelahkan. Namu lihat, jika kita mengembannya dengan sabar dan mengharap ridho Allah, maka beban tadi akan sangat menyenangkan dengan bumbu-bumbu yang yang menjadi pemandangan indah di sisi kiri-kanan dakwah kita :-)

Jika jalan ini kau yakini jalan yang lurus, janganlah dibuat berbelok-belok
Jika kau yakini jalan ini indah, janganlah dibuat terjal
Jika kau yakini jalan ini menuju Allah, maka bawa sertalah saudara-saudaramu...

Karena ukhuwah itu seperti buah Uthrujah, HARUM AROMANYA DAN MANIS RASANYA :)

Friday, 9 December 2011

Untitled (Copy-Paste dari Notes Orang-orang)

Orang bilang anakku seorang aktivis. Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana. Orang bilang anakku seorang aktivis.Dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat. Orang bilang anakku seorang aktivis. Tapi bolehkah aku sampaikan padamu nak? Ibu bilang engkau hanya seorang putra kecil ibu yang lugu.

Anakku, sejak mereka bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis. Dengan segala kesibukkanmu, ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat. Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak, tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia.

Anakku, kita memang berada disatu atap nak, di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini. Tapi kini dimanakah rumahmu nak? Ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini. Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah, dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu. Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut. Mungkin tawamu telah habis hari ini, tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu. Ah, lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti,bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu. Atau jangankan untuk tersenyum, sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja engkau engkau, katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline. Padahal, andai kau tahu nak, ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini, memastikan engkau baik-baik saja, memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu. Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak, tapi bukankah aku ini ibumu? yang 9 bulan waktumu engkau habiskan didalam rahimku..

Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu, engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu. Engkau nampak amat peduli dengan semua itu,ibu bangga padamu. Namun,sebagian hati ibu mulai bertanya nak, kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu? kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak?

Anakku, Ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu. Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu. Memang nak,menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat,tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan. Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak? Bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak?

Anakku, Ibu mencoba membuka buku agendamu. Buku agenda sang aktivis.Jadwalmu begitu padat nak,ada rapat disana sini, ada jadwal mengkaji,ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Ibu membuka lembar demi lembarnya, disana ada sekumpulan agendamu, ada sekumpulan mimpi dan harapanmu. Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana. Ternyata memang tak ada nak, tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini. Tak ada cita-cita untuk ibumu ini. Padahal nak, andai engkau tahu sejak kau ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu, putra kecilku..

Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka,mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional. Boleh ibu bertanya nak, dimana profesionalitasmu untuk ibu? Dimana profesionalitasmu untuk keluarga? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat?

Ah ,waktumu terlalu mahal nak. Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu..

Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta, ibu, ayah, kaka dan adik. Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik. Dan hingga saat itu datang, jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan. Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk diucapkan. Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai.

Untuk mereka yang kasih sayangnya tak kan pernah putus, untuk mereka sang penopang semangat juang ini. Saksikanlah, bahwa tak ada yang lebih berarti dari ridhamu atas segala aktivitas yang kita lakukan. Karena tanpa ridhamu, Mustahil kuperoleh ridhaNya..."

Wednesday, 26 October 2011

Akankah kita menjadi satu diantaranya ? (by : Fadhila Nurfajrina)

SEORANG TEMAN YANG BAIK MENGIRIMKU...

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan
seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di
surga. Kami berjalan memasuki suatu
ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang
mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan
berkata, " Ini adalah Seksi Penerimaan.
Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah
diterima".
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku
dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak
malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang
tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui
koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang
kerja kedua.

Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan
Pengiriman.
Disini kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia
diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih
hidup yang memintanya".
Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja
itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras
karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan
dan sedang dipaketkan untuk dikirim
ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai
pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan
berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat
kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu
malaikat yang
duduk disana, hampir tidak melakukan apapun. "Ini
adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikatku
pelan. Dia tampak malu.

"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada
pekerjaan disini?", tanyaku.
"Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. "
Setelah manusia meneria rahmat yang mereka minta,
sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan
terima kasih".

"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih
atas rahmat Tuhan?", tanyaku.

"Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup
berkata,'ALHAMDULILLAHI RABBIL AALAMIIN, Terima kasih,
Tuhan' ".

"Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri",
tanyaku.
Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai
makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu,
atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka
engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia
ini.

"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan
uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8%
kesejahteraan dunia.

"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu,
engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki
kesempatan itu.

Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih
banyak kesehatan daripada kesakitan ... engkau lebih
dirahmati daripada begitu banyak orang di dunia ini
yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini.

"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan
dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan
penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat....
Maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang
di dunia".
"Jika engkau dapat menghadiri Masjid atau pertemuan
religius tanpa ada ketakutan akan penyerangan,
penangkapan,penyiksaan, atau kematian ...
maka engkau lebih dirahmati daripada 3 milyar
orang di dunia.

"Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada
dalam ikatan pernikahan ... maka engkau termasuk orang
yang sangat jarang.

"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum,
maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau
unik dibandingkan semua mereka yang berada
dalam keraguan dan keputusasaan.

"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka
engkau menerima rahmat ganda, yaitu bahwa seseorang
yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau
orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau
lebih dirahmati daripada lebih dari 2 juta orang di
dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali".

Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang
telah Allah anugerahkan...

Sunday, 12 September 2010

Boikot Barangan Israel !!!

Bismillahirrahmanirrahim..

"Wahai kaum Muslimin dan Muslimat di seluruh dunia, memboikot produk-produk buatan Israel dan Amerika adalah kewajipan bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia. Setiap ringgit yang kita bayarkan untuk sebotol Coca-Cola misalnya, akan menjadi sebutir peluru di dalam senjata orang-orang Amerika atau Israel yang akan diacu ke arah kita. Kita telah menyumbangkan wang kita setiap hari kepada McDonalds, KFC, Burger King dsb, tanpa memikirkan ke mana wang itu akan dibelanjakan.

Menurut pendapat saya, setiap Muslim harus bertanggungjawab dalam hal yang mempengaruhi keluarga dan gaya hidup mereka. Lihatlah kepada orang-orang Amerika yang telah membatalkan (veto) resolusi PBB untuk mengutuk aksi tentera Israel di Palestin. Jika mereka itu adalah pemelihara perdamaian seperti yang mereka dakwa, apakah mungkin mereka melakukannya (membatalkan resolusi PBB)?

Wahai manusia, tidakkah anda berfikir? Tidakkah anda memiliki perasaan lagi? Tidakkah anda merasakan kepahitan negara-negara Arab dan Islam dalam hal ini? Darah yang paling murah adalah darah kita! Kita telah menjadi bahan percubaan bagi senjata-senjata dan peluru-peluru serta teknologi mereka. Persenjataan perang ini dibiayai oleh kita, dalam gaya hidup konsumerisme yang mereka paksakan ke atas kita.

Saya bertanya kepada anda semua, dengan nama Allah. Saya bertanya pada anda semua, atas nama ribuan orang yang mati di tangan pengganas-pengganas itu pada tahun 1948, 1967, 1973 di Qana, di Dir Yassin, di Bahr al-Bakar semenanjung Gaza dan di al-Quds. Saya bertanya kepada anda semua, atas nama orang yang mati syahid untuk kehormatan kita. Saya bertanya ke atas anda, atas nama seorang anak kecil bernama Muhammad al-Durrah, yang syahid dalam pelukan ayahnya ditembusi peluru-peluru, dari wang yang telah kita sumbangkan kepada mereka.

Apakah akan jadi kepada kita? Kita memiliki mata yang tidak dapat kita gunakan untuk melihat. Kita memiliki telinga, tetapi kita tidak gunakan untuk mendengar. Kita memiliki hati, tetapi tidak lagi dapat merasai. Mereka telah menjadikan kita sebagai pengguna-pengguna yang buta, yang rela membayar wang untuk membiayai senjata mereka, untuk mendukung aksi keganasan mereka di dunia Arab dan Islam.

Boikot mereka sekarang! Sekarang atau peluang ini tidak muncul lagi selamanya!

Dunia Arab dan Islam harus bersatu agar menjadi kuat. Kembali dan siapkan persenjataan kita. Kembalikanlah dan bangunkanlah ekonomi kita agar kita dapat menghancurkan mereka. Allahu Akbar!!"


- Syeikh Yusuf al-Qaradhawi, 8 Oktober 2001 (Qatar)


>>> Brands and Labels To Boycott <<<


Semoga Bermanfaat !

The Blessing In "No" (Ketika Tuhan Berkata "Tidak")

I asked God to take away my pride.
God said, "No. It is not for me to take away, but for you to give it up."

(Ya Tuhan ambillah kesombonganku dariku Tuhan berkata, "Tidak Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya.")

I asked God to make my handicapped child whole.
God said, "No. Her spirit was whole, her body was only temporary."

(Ya Tuhan sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat. Tuhan berkata, "Tidak Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara.")

I asked God to grant me patience.
God said, "No. Patience is a by-product of tribulations; it isn't granted, it is earned."

(Ya Tuhan beri aku kesabaran. Tuhan berkata, "Tidak Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri.")

I asked God to give me happiness.
God said, "No. I give you blessings, happiness is up to you."

(Ya Tuhan beri aku kebahagiaan. Tuhan berkata, "Tidak Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri.")

I asked God to spare me pain.
God said, "No. Suffering draws you apart from worldly cares and brings you closer to me."

(Ya Tuhan jauhkan aku dari kesusahan. Tuhan berkata, "Tidak Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku.")

I asked for all things that I might enjoy life.
God said, "No. I will give you life so that you may enjoy all things."

(Ya Tuhan beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat. Tuhan berkata, "Tidak Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal.")

I asked God to help me LOVE others, as much as God loves me.
God said... "Ahhhh, finally you have the idea!"

(Ya Tuhan bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku. Tuhan berkata... "Ahhhh, akhirnya kau mengerti !")

Kadang kala kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya.

Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan, bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali, orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan. Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya tanpa susah payah. Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhan terus meningkat.

Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil).

Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Tuhan) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.

Begitu pula dengan Tuhan, segala yang kita minta Tuhan tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Tuhan mengabulkannya. Karena Tuhan tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam".... dan terus berdoa.

"There's a time and place for everything, for everyone. God works in a mysterious way."

Semoga Bermanfaat !

Kisah Kepompong

Seorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul.
Dia duduk dan mengamati dalam beberapa jam kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap2 mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yg mungkin akan berkembang dalam waktu.
Semuanya tak pernah terjadi.

Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak disekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yg menghambat dan perjuangan yg dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yg semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.

Saya memohon Kekuatan ....Dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat.

Saya memohon Kebijakan ....Dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.

Saya memohon Kemakmuran ....Dan Tuhan memberi saya Otak dan Tenaga untuk bekerja.

Saya memohon Keteguhan hati ....Dan Tuhan memberi saya Bahaya untuk diatasi.

Saya memohon Kebahagiaan dan Cinta kasih ....Dan Tuhan memberikan kesedihan kesedihan untuk dilewati.

Saya memohon Cinta ....Dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.

Saya memohon Kemurahan/kebaikan hati ....Dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.

Saya tidak memperoleh yg saya inginkan ....Dan Tuhan memberikan segala yang saya butuhkan.

Semoga Bermanfaat !

(Dari berbagai sumber, beserta argumen penulis)

Saturday, 11 September 2010

Bukanlah Cinta... ataukan Cinta...

Telapak tangan anda berkeringat, hati anda deg-degan, suara anda nyangkut di dalam tenggorokan anda?
Hal itu bukanlah cinta, tapi suka ...

Apakah tangan anda tidak dapat berhenti memegang dan menyentuhnya?
Hal itu bukanlah cinta, tapi birahi ...

Apakah anda bangga dan selalu ingin memamerkannya kepada semua orang?
Hal itu bukanlah cinta, tapi anda sedang mujur ...

Apakah anda menginginkannya karena anda tahu dia akan selalu di samping anda?
Hal itu bukanlah cinta, tapi kesepian ...

Apakah anda masih bersama dia karena semua orang menginginkannya?
Hal itu bukanlah cinta, tapi kesetiaan ...

Apakah anda menerima pernyataan cintanya karena anda tidak mau menyakiti hatinya?
Hal itu bukanlah cinta, tapi rasa kasihan ...

Apakah anda bersedia untuk memberikan semua yang anda suka untuk dia?
Hal itu bukanlah cinta, tapi kemurahan hati ...

Apakah anda cemburu bila dia bicara dengan lelaki/wanita lain?
Hal itu bukanlah cinta, tapi takut kehilangan ...

Apakah anda mengatakan padanya bahwa dia adalah satu satunya hal yang anda pikirkan?
GOMBAL (bullshit) ...

Apakah anda masih bersamanya karena campuran dari rasa nyeri dan kegembiraan yang tidak dapat digambarkan kata-kata?
Itulah cinta ...

Apakah anda masih menerima kesalahannya karena hal itu adalah bagian dari kepribadiannya?
Itulah cinta ...

Apakah anda tertarik pada orang lain, tapi masih bersamanya dengan setia?
Itulah cinta ...

Apakah anda rela memberikan hati anda, kehidupan anda, dan kematian anda?
Itulah cinta ...

Apakah hati anda tercabik bila dia sedang sedih?
Itulah cinta ...

Apakah anda menangis untuk kepedihannya biarpun dia cukup tegar?
Itulah cinta ...

Apakah anda ikut terluka bila dia sedang sakit?
Itulah cinta ...

Apakah anda selalu ingin menyentuhnya, memeluknya karena anda sayang kepadanya?
Itulah cinta ...

Apakah matanya melihat hati anda yang sesungguhnya dan menyentuh jiwa anda secara dalam sekali sampai terasa nyeri?
Itulah cinta ...

Cinta memang merupakan sesuatu yg Absurd and Unexplain, tapi yg terpenting mencintailah karena itu adalah sesuatu yang dianugerahi oleh Allah.
Terimalah pasangan anda dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Cinta itu harus saling memberi dan menerima dengan segala keikhlasan hati.

Semoga Bermanfaat !

 

blogger templates | Make Money Online