Bumi Allah, 8 Ramadhan 1435 H
Aku kembali menyapamu
dengan cara yang tak biasanya, lewat baris kata demi kata yang merekam kisah. Karena
begitu sulit untukku, membawa hati ini, apalagi kalau masih sendiri. Tulisan ini
kupersembahkan Kepada Kamu, duhai Dinda
Belakangan ini,
lagi-lagi kamu mendadak menghampiriku. Disaat aku belum siap, belum siap untuk
menyambut kehadiranmu. Asal kamu tahu, kehadiranmu ciptakan sejumput bahagia dihatiku,
namun pada nyatanya, aku selalu menyembunyikan perasaan itu.
Jangan tanyakan padaku,
mengapa. Karena aku sendiri pun tak bisa menjawabnya. Entah apa yang terjadi
dengan perasaan ini. Kata orang sih, inilah yang dinamakan dengan kecenderungan
terhadap lawan jenis. Tapi itu kata orang, bukan kata hatiku.
Aku bingung, aku
sulit menerjemahkan perasaan ini. Aku harus bagaimana?
Lantas aku memilih
diam, memilih diam untuk tidak melakukan dialog dengan perasaan ini. Karena
diam adalah bahasa lain dari menjaga. Menjaga segala keutuhan perasaan ini,
hingga Allah dan malaikatNya lah yang berhak mengungkapkannya di hari Miitsaqan Ghaliiza nanti. Hari dimana aku dan kamu, menyempurnakan separuh agama ini.
Tapi berlaku diam
itu, rasa-rasanya sangatlah sulit untukku. Lantas di suatu hari, aku pernah membisikkan
namamu “Violet 12 Juni” ke telinga Ibu dan seketika Ibu berkelakar, “Bagus
namanya. Kalau kamu suka, kejar dia! Pasti banyak di luar sana yang juga suka
sama dia.” Sejak hari itu,
aku punya impian untuk membawamu “Violet 12 Juni” ke rumah ini dan
mengenalkanmu pada kedua orang tuaku.
Iqbal Sujida Ramadhan
Pria sederhana yang teramat jauh dari sempurna,
Iqbal Sujida Ramadhan