Monday 20 October 2014

Wilujeng Tepang Taun Farmasi Unpad 2010 Nu Ka Opat


Bumi Allah, 16 Oktober 2014

Dalam degup rasa yang keempat-kalinya, aku (lagi-lagi) jatuh.
Ini semua, karena kalian yang memulainya.
Dalam debar rasa yang keempat-kalinya, aku (lagi-lagi) cinta.
Ini semua, karena kalian yang mengawalinya.

Iya kalian, yang telah membuatku jatuh dan membuatku cinta pula. Tentang rasa jatuh dan cinta yang sudah kita tanam empat tahun lalu, kini rasa itu terus menyublim, mengisi ruang hati kita yang kosong. Ahh, hangat sekali rasanya. Aku tak mau melepaskan kalian.

Untuk kalian yang tak akan ada habis-habisnya, mengisahkan cerita, menggoreskan warna, dan menorehkan kenangan sampai akhir nanti.
Tetaplah hidup dan jangan pernah mati.

Seperti batang pohon, kokoh dan menjulang tinggi ke langit biru.
Kelak, aku ingin kalian seperti itu.
Seperti buah, begitu ranum dan manis sekali rasanya.
Kelak, aku harap kalian seperti itu.

Terimakasih untuk segala rasa yang telah hadir, aku banyak belajar dari kalian. Semoga jarak yang tercipta sekarang, bukan hadir untuk menghukum kita, tapi untuk menguatkan rasa kita yang sedang jatuh dan cinta ini.

Yang selalu mencintai kalian karena Allah,
Koordinator Angkatan
Fakultas Farmasi Unpad 2010




Iqbal Sujida Ramadhan

Sunday 12 October 2014

Sekuel Monolog Rasa #1



Bumi Allah, 17 Dzulhijjah 1435 H

"Hai pangeran, datengnya jangan lama-lama yaa..."

Lagi-lagi kalimat ini, kembali menghangatkan tubuhku yang mulai dilanda kedinginan oleh udara malam ini.
Aku kembali didera rindu, tapi aku cukup tenang, tidak sekalang-kabut seperti dahulu.

Karena sekarang, aku sudah pandai meredam gejolak-gejolak rasa ini.

Ah masa? Kamu bohong!
Kulihat letupan-letupan rasa itu masih saja ada, walaupun tak sepanas gejolaknya.

Kudengar gemuruh rasa itu terus menderu, bahkan bising sekali hasil teriakannya.
Kamu belum sepenuhnya, mengendalikan perasaan itu.
Aku tahu kok, jujur saja.


Ya wajar saja, semua ini karena ulahmu, kamu yang telah membuatku jatuh dan membuatku cinta pula.
Kamu yang memulai, namun biarlah aku yang mengakhiri.
Namun sebelum aku mengakhiri, izinkan aku untuk meminta satu hal padamu.

Ingatkan aku untuk selalu berpaling pada-Nya, ketika aku mulai memikirkan wajahmu dan menatap kedua matamu.
Bisakah kamu penuhi?



Pria sederhana yang teramat jauh dari sempurna,





Iqbal Sujida Ramadhan

Monday 6 October 2014

Bagaimana Rasanya Menjadi Tujuan?



Bumi Allah, 11 Dzulhijjah 1435 H

Bagaimana rasanya menjadi tujuan?
Menanti penuh debar, seseorang yang akan menawarkan diri untuk menjadi qawwam duniamu, yang rela mengiringi langkahmu untuk menuai pahala kebaikan.

Bagaimana rasanya menjadi tujuan?
Menunggu dengan taat, seseorang yang akan menjadi imam shalatmu di rumah, yang berani bertanggung jawab membimbingmu menuju Syurga-Nya.

Bagaimana rasanya menjadi tujuan?
Menjadi pusat segala curahan, seseorang yang akan melengkapi tulang rusukmu, yang pertama dan terakhir menyapa disamping tempat tidurmu.

Bagaimana rasanya menjadi tujuan?
Menjadi sandaran keletihan, seseorang yang akan menafkahi keluarga kecilmu, yang tulus membanting tulang dari mentari terbit hingga kembali terbenam.

Bagaimana rasanya menjadi tujuan?
Menjadi bidadari dunia, seseorang yang akan menggandeng tanganmu kemana-mana, yang tak pernah lupa menyelipkan namamu di sela-sela do'a sepanjang malam.

Duhai Dinda, seseorang yang namanya telah tertulis di Lauhul Mahfuz. Tuang rasa ini, sengaja aku ikat abadi, agar kamu dapat merasakan saat-saat aku sedang merindu. Merindu sangat akan tibanya hari Mitsaqan Ghaliiza itu.

Dan seperti yang kita ketahui bersama, "Bila titik penantian ini adalah sebuah ujian, tiada lagi ekspresi rindu selain do'a yang kupanjatkan. Bertukar do'a di sepertiga malam terakhir, selalu terjaga dalam mihrab taat."


Pria sederhana yang teramat jauh dari sempurna,





Iqbal Sujida Ramadhan
 

blogger templates | Make Money Online