Saturday 11 September 2010

Masih Adakah Rabb Di Hati Kita

Sahabat, sekali cobalah lihat

Lihatlah rona muka mereka yang selalu segar
Dan penuh sinar



Sahabat, sekali cobalah tatap

Tataplah pada gaun yang putih lagi bersih
Berbalut sutra

Dan wangi percikan parfum Jerman



Lihatlah pada kemilau

Kilatan biru Dr Marten

Yang menginjak permadani

Dalam racik Giovanni



Digenggamnya Alkitab

Pada sisi kanan jasad

Dengan tangan yang halus dan penuh hikmat

Ditentengnya Alkitab

Menyusuri tapak demi tapak

Meniti jalan hingga bebatuan



Dan berkumpul pada sebuah misa

Lantunkan pujian bagi para dewa

Jasad yang tegak berdiri menancap bumi

Bersimbah kukuh dan harap peluh

Berteman kesegaran Edenia

Terus berteriak lantang

Untuk keagungan sang penebus dosa



Larut dalam melodi

Hanyut dalam simponi

Sejuk dalam harmoni

Ketukan Bethoven yang membuka hari

Penuh kesahajaan

Lekat dalam kecintaan

Pada grafiti dan lukisan

Pada ciptaan yang dianggapnya: tuhan


Diiringi Cerita hebat sang pendeta

Yang berteriak dahsyat dari singgasana

Putar balikkan fakta turutkan nafsunya

Orasikan ayat-ayat yang baru saja diciptanya

Hingga berguguran bulu-bulu burung gereja

Hingga berguncang seluruh jiwa

Hingga tumbang oaks di tepi sahara

Membahana pada tiap lekuk dunia


Sedangkan kita.

Tanpa peduli pada tubuh yang belum sempat kita basuh

Tanpa peduli pada hati yang belum sempat kita sentuh

Tanpa peduli pada tahmid yang mestinya menyapa subuh

Kita raih secarik sarung lusuh


Mulai beranjak pada air wudu

Dalam ketergesaan yang memburu

Karena ikamah telah berkumandang menembus kalbu


Saat kemudian sang imam

Lantunkan indahnya surah Arrahmaan

Pada rakaat yang penghabisan

Begitu sejuk

Begitu damai

Begitu mesra

Begitu cinta

Begitu iba

Dan begitu khusyuknya kita

Nikmati air liur yang kembali kita sembur

Lanjutkan indahnya kembang tidur


Oh indahnya subuh

Yang selalu dihiasi wewangian

Aroma petai jengkol dan juga bakwan

Oh indahnya subuh

Yang selalu diliputi cerita imam dan makmum yang mendengkur


Dan

Alquran yang begitu mulia

Terus menangis terhimpit luka


Mushaf suci itu berdiri rapi pada rak almari

Tanpa pernah disentuh sama sekali

Mushaf suci itu hilang seinci demi seinci

Tanpa pernah dicari ke mana lembar itu pergi


Dan

Alquran yang begitu mulia

Terus merintih tertimbun nestapa


Mushaf suci itu menjadi isi tas gelap dan kusam

Tertindih sapu tangan dan kaus kaki

Mushaf suci itu hampir kehilangan bentuknya

Tertumpah aqua dan tergores pena

Mushaf suci itu hampir kehilangan kesuciannya

Berteman buku dan majalah penuh cerita nista


Dan

Alquran yang begitu mulia

Terus meratap terkubur lara


Mushaf suci itu hampir tiada kelihatan

Karena bersembunyi di balik punggung

Mushaf suci itu hampir tiada tertampakkan

Karena berdiri di balik sarung legam


Seekor keledai

Terus membawa kitab tebal itu kesana kemari

Berhias peluh dan daki

Seekor keledai

Ternyata tak jua mampu pahami arti

Meski dikaruniai akal

Tetap saja menjadi baghal yang begitu bebal


Sahabat

Kita bukan tidak mengerti

Kita bukan tidak pahami

Tapi karena memang cinta kita untuk-Nya

Begitu apa adanya

Dan tak ada apa-apanya

Dibanding apa-apa yang ada pada diri kita


Kita mengaku menyukai-Nya

Tapi kita lebih suka dengan apa yang dibenci-Nya

Kita mengaku mencintai-Nya

Tapi kita lebih suka dengan apa yang dijauhi-Nya


Cinta kita begitu sederhana

Tapi kita terus panjatkan dengan pinta

Kasih kita tidak ada apa-apanya

Tapi kita terus pintakan keindahan surga-Nya


Kita bukan tidak tahu.

Cara terbaik mencintai-Nya

Kita bukan tidak tahu.

Kiat terbaik membahagiakan-Nya

Tapi

Kita memang enggan melakukannya


Karena

Begitu cintanya kita pada dunia

Karena

Kita tak ingin kematian itu menghampiri kita


RENUNGKANLAH WAHAI SAHABAT

Semoga Bermanfaat !

(Dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment

 

blogger templates | Make Money Online